Jumat, 24 November 2017

Melihat Kesalahan Orang Lain

Ungkapan "Gajah di Pelupuk Mata Tidak nampak, Semut diseberang lautan tampak" mungkin sangat mudah ditemui pada kehidupan ini. Sebuah peribahasa yang menunjukan bahwa sangat mudah melihat kesalahan orang lain tanpa dapat melihat kesalahan sendiri, yang mungkin jauh lebih besar dari kesalahan orang lain tersebut.
Saat ini begitu mudah menghakimi orang lain karena kesalahan-kesalahan yang dibuatnya, entah itu masih praduga atau memang benar-benar terbukti. Padahal belum tentu diri kita yang menghakimi lebih tidak bersalah dari orang lain tersebut.
Jadi ingat baru-baru ini ada kasus pasangan yang diduga berbuat mesum ditelanjangi dan diarak keliling sebagai bentuk hukuman atas "kemesuman" mereka. Masih ingat juga, seorang tukang servis barang elektronik yang dibakar hidup-hidup karena diduga mencuri peralatan elektronik.
Setelah dibaca berita-berita yang tersebut di media, terlihat bahwa pada mulanya adalah "dugaan". Orang lain hanya menduga-duga bahwa si A, si B, si C dst melakukan hal-hal yang bertentangan sehingga kemudian mereka menghukumnya.
Terhadap kasus-kasus ini jadi teringat kasus yang mirip-mirip yang telah terjadi pada waktu yang lampau. Kurang lebih 2.000 tahun yang lalu. Kasus tersebut tercatat dalam Alkitab. Kurang lebih seperti.
Ada perempuan yang kedapatan berbuat sundal/mesum yang kemudian perempuan tersebut dibawa kehadapan Yesus oleh orang-orang yang tidak menyukai Yesus untuk mencobaiNya. Orang-orang tersebut berkata bahwa sesuai dengan hukum yang berlaku, maka perempuan tersebut harus dilempari batu. Mereka meminta jawaban dari Yesus terkait hal tersebut.
Dan menurutku yang luar biasa adalah jawaban dari Yesus.
Yesus menjawab bahwa siapa dari mereka yang TIDAK PERNAH berbuat dosa, baiklah dia yang memulai untuk melempar batu.
Hasilnya, tentu saja tidak ada yang melempar batu, semua orang pergi satu persatu. Ini menunjukan bahwa ternyata mereka sendiri juga tidak bisa hidup lurus. ada kalanya mereka pernah melakukan dosa.
Kembali ke masa kini, alangkah baiknya jika kita mengingat cerita terssebut diatas. Apabila kita mendapati atau hanya cuma menduga orang melakukan kesalahan, sebelum kita menghakimi orang tersebut yang bisa mengakibatkan kerusakan permanen, alangkah baiknya kalo kita mengingat, "APAKAH AKU ADALAH ORANG YANG TIDAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN".

Selasa, 07 November 2017

Dan Masalah Itu Bernama Yutup

Suatu siang, ketika lagi di lampu merah pertigaan jalan, sambil menunggul lampu hijau menyala kedengaran lah suara salah seorang pengendara lain di pertigaan tersebut. Seorang ibu yang memboncengkan anaknya yang masih SD. Sepertinya baru saja menjemput anak tersebut dari pulang sekolah. Maklum, pertigaan tersebut berada di samping salah satu SD yang cukup terkenal di kota ini. Ternyata ibu itu berbicara dengan seorang bapak yang sama-sama menaiki motor dan memboncengkan seorang anak SD. Kelihatannya, anak-anak mereka satu sekolah.
"anakku itu kalo sudah pulang sekolah sampai rumah, tas langsung aja dilempar, baju juga dilempar saja dan langsung pegang HP lihat yutup" Kata ibu itu.
Menurutku, itu adalah salah satu ungkapan kegelisahan dari para orang tua jaman sekarang. Betapa gawai dan terutama Yutup sangat mendominasi kehidupan anak-anak. Bisa dipahami memang, karena jaman dulu anak-anak yang sekarang menjadi orang tua tersebut tidak bermain dengan yang namanya HP, tablet, laptop dll. Tidak ada namanya yutup, plei ssetor, app setor dll. Jadinya bingung menghadapi anak-anak jaman sekarang.
Mungkin juga orang tua ikut berperan juga dalam hal ini. Masih ada terlihat ketika anak-anak menangis terus, maka orang tua gak mau ambil pusing memberikan hp nya ke anak-anak, langsung deh anaknya diem. Ada lagi yang ketika sedang bersama anaknya, entah menemani belajar anaknya ada menemani makan, orang tua sambil memegang HP. Masing-masing punya alasan sendiri.
Kembali ke yutup tadi. Ada orang tua lain yang karena yutup tersebut, dilihat oleh anaknya, tau-tau bisa menghabiskan pulsa sampai Ratusan ribu dalam seminggu.
Ga bisa dipungkiri yutup juga memiliki magnet tersendiri, contoh nih, banyak video-video tutorial DIY (Do It Yourself) yang membuat kita menjadi lebih hemat karena tidak harus memanggil mekanik atau membeli barang yang sudah jadi karena kita bisa membuatnya sendiri.
Jadi bagaimana menghindari dari masalah-masalah yang diutarakan oleh seorang ibu di pertigaan jalan tersbeut, atau seorang orang tua yang selalu membeli pulsa data ratusan ribu tiap minggu atau mungkin masalah-masalah lain. Menurutku yang bersikap Bijak.
Dah itu saja.